Lentera-lentera BERKELAP-KELIP di permukaan Danau Bulan, setiap cahaya memantulkan wajah-wajah yang telah lama hilang. Di dunia manusia, mereka hanyalah penerang jalan. Di dunia roh, mereka adalah saksi bisu, penjaga ingatan. Namaku Lian, atau setidaknya, begitulah aku dipanggil di sini, di Alaya – dunia roh yang terjalin dengan benang mimpi dan keabadian.
Di dunia manusia, aku dikenal sebagai Mei, seorang putri yang jatuh dari singgasananya bersama mahkota emas yang seharusnya menjadi milikku. Kematianku diselimuti misteri, sebuah tragedi yang cepat dilupakan di balik gemerlap intrik istana.
Namun, di Alaya, kematian bukanlah akhir. Itu adalah AWAL.
Di sini, bayangan bisa berbicara. Dinding berbisik. Dan bulan, oh bulan, mengingat setiap nama yang pernah diucapkan dengan cinta, dengan benci, dengan ketakutan. Bulan adalah saksinya.
Aku terbangun di Alaya tanpa ingatan akan kehidupan lampauku. Seorang pria bernama Zephyr, dengan mata sebiru langit senja, menemukanku terbaring di tepi Danau Bulan. Ia membimbingku, mengajariku tentang Alaya, tentang kekuatan roh yang mengalir dalam nadiku, tentang takdir yang telah lama ditulis dalam tinta cahaya bulan.
Zephyr bilang, aku memiliki kekuatan untuk menjembatani kedua dunia, kekuatan yang langka dan BERBAHAYA.
"Takdirmu bukan untuk menguasai, Lian. Tapi untuk menyeimbangkan," ucapnya suatu malam, di bawah naungan pohon Willow yang daunnya berjatuhan seperti air mata perak.
Perjalanan di Alaya membawaku melewati lorong-lorong waktu, tempat di mana kenangan berputar seperti pusaran air. Aku melihat kilasan masa lalu: Mei, putri yang hilang, pengkhianatan, dan wajah-wajah yang mencintaiku… atau begitulah yang kukira.
Seiring waktu, fragmen ingatan Mei mulai kembali, membangkitkan pertanyaan yang lebih dalam daripada samudra. Siapa yang membunuhku? Mengapa aku di Alaya? Dan siapa Zephyr sebenarnya?
Aku menemukan petunjuk dalam gulungan kuno di perpustakaan Kristal, diukir dengan mantra yang berdenyut dengan energi gelap. Gulungan itu menceritakan tentang perjanjian antara manusia dan roh, tentang mahkota yang hilang, dan tentang ramalan tentang DARA yang akan membawa keseimbangan atau kehancuran.
Aku melihat bayangan Zephyr berbisik pada bayangan lain, mendengar namanya disebut dalam bisikan yang penuh rasa takut dan hormat. Bayangannya berubah, bergeser, mengungkapkan sosok yang lebih tua, lebih kuat, dan… lebih LICIK.
Kebenaran menghantamku seperti sambaran petir di tengah malam. Zephyr bukan sekadar pembimbing. Dia adalah DALANG. Kematianku di dunia manusia, kebangkitanku di Alaya, semuanya adalah bagian dari rencana yang telah disusun dengan cermat selama berabad-abad. Dia menginginkan kekuatan untuk menguasai kedua dunia, dan aku, Mei, Lian, adalah kuncinya.
Cinta yang kurasakan untuknya, kepercayaanku yang buta, semuanya adalah MANIPULASI.
Namun, di tengah pengkhianatan yang memilukan, aku menemukan secercah harapan. Seorang wanita bernama Luna, dengan rambut seputih salju dan mata sehangat mentari pagi, selalu ada di sisiku, membimbingku dengan sabar, menawarkanku perlindungan di saat-saat tergelap. Luna, yang telah kehilangan segalanya demi melindungiku, Luna yang mencintaiku tanpa syarat.
Pada akhirnya, aku harus memilih. Mengikuti takdir yang dipaksakan oleh Zephyr, atau menulis takdirku sendiri. Aku memilih yang terakhir. Dengan bantuan Luna dan para roh yang setia, aku berbalik melawan Zephyr. Pertempuran yang terjadi mengguncang fondasi Alaya, memecah belah realitas, dan memaksa kedua dunia untuk menghadapi bayangan yang telah lama mereka abaikan.
Zephyr kalah. Namun, kemenangan itu terasa pahit. Dunia tidak akan pernah sama. Alaya dan dunia manusia kini terhubung secara permanen, dan aku, dengan nama baru dan takdir yang kutempa sendiri, harus menjaganya.
Di tengah kekacauan dan kebingungan, satu pertanyaan tetap menggantung di udara: Siapa yang mencintai? Siapa yang memanipulasi? Dan apa konsekuensi dari pilihan kita?
Alaya whispers secrets only to those who listen with their souls, not their ears…
You Might Also Like: Review Moisturizer Lokal Yang Cocok
0 Comments: