Rahasia yang Menggulingkan Negeri
Lorong istana itu sunyi. Lebih sunyi dari makam kaisar. Obor-obor menari lemah, menciptakan bayangan panjang yang seolah mengulurkan tangan, berusaha meraih sosok yang berjalan dengan langkah mantap di tengahnya. Sosok itu adalah Lin Wei, yang dikabarkan telah meninggal sepuluh tahun lalu dalam pemberontakan berdarah. Namun, di sinilah dia, kembali dari kabut pegunungan Huangshan, membawa jawaban atas pertanyaan yang selama ini menggantung di langit-langit istana.
Debu usia menempel di jubah brokatnya yang sederhana, kontras dengan kemewahan emas dan giok yang menghiasi dinding. Di ujung lorong, berdiri seorang pria. Kaisar Li Zhang, dengan tatapan dingin yang tak mampu menyembunyikan keterkejutan.
"Lin Wei?" Kaisar itu berucap, suaranya rendah, seperti desisan ular di antara bebatuan.
Lin Wei berhenti. Matanya, setajam pisau yang diasah bertahun-tahun, menatap lurus pada Kaisar. "Yang Mulia masih mengenaliku? Aku merasa terhormat."
"Berhentilah dengan basa-basi ini. Katakan, apa yang membawamu kembali? Apakah kau berniat menuntut balas?"
Lin Wei tersenyum tipis. Senyum yang tidak mencapai matanya. "Balas dendam? Bukan. Aku hanya ingin mengembalikan apa yang seharusnya menjadi milikku."
Angin bertiup melalui celah jendela, mengusik tirai sutra. Kabut Huangshan seolah merayap masuk, memenuhi ruangan dengan kedinginan yang menusuk tulang.
"Kau tahu, Kaisar," lanjut Lin Wei, suaranya lembut namun menusuk seperti jarum. "Dulu aku percaya, pengkhianatan selalu datang dari musuh. Tapi aku salah. Pengkhianatan terburuk selalu datang dari orang yang kita percaya."
Kaisar Li Zhang terdiam. Wajahnya pucat. Peluh dingin membasahi pelipisnya.
"Kau bertanya mengapa aku kembali?" Lin Wei mendekat, langkahnya tenang, menghipnotis. "Aku kembali untuk menunjukkan pada semua orang, bahwa korban tidak selalu selemah yang mereka kira."
"Apa maksudmu?!" Kaisar itu akhirnya berseru, suaranya gemetar.
Lin Wei berhenti tepat di hadapan Kaisar. Matanya menatap dalam, menembus pertahanan yang selama ini dibangun dengan susah payah.
"Sepuluh tahun lalu, Yang Mulia percaya bahwa membunuhku akan mengamankan tahta. Yang Mulia salah. Kau hanya memainkan peran sesuai dengan naskah yang telah kutulis."
Lin Wei kemudian membuka tangannya. Di telapak tangannya terdapat sebuah giok, giok kaisar yang hilang, sebuah bukti bahwa dirinyalah pewaris tahta yang sebenarnya.
"Negeri ini tidak digulingkan oleh pemberontakan. Negeri ini digulingkan oleh diamnya seorang korban yang merencanakan segalanya dari balik bayangan."
Dan sejak awal, aku memang tidak pernah mati.
You Might Also Like: Reseller Skincare Penghasilan Tambahan
0 Comments: